Filsafat Naik Kelapa


Manusia selalu menyukai kesenangan, keindahan. Kesenangan ini akan mengantarkan manusia pada pola pikir dan laku kehidupannya. Naik kelapa, mendaki gunung dll merupakan bagian dari kesenangan itu. 

Kesenangan itu akan mengantarkan manusia pada fitrah "ingan tahu", tidak bisa diam dengan apa yang telah ia jelajahi, hingga ia mengetahui apa alasan di balik eksistensi yang terjadi itu.

Namun apakah kesenangan ini perlu dibenarkan, ketika ada yang jatuh terluka, disengat kalajengking bahkan pada pendakian ada yang hilang hingga meninggal dunia. 

By the way, oleh Marcuse diulas (Manusia satu dimensi, 2016); pada fase kapital tingkat lanjut, Dialektika (pekerja+dikerjain) tidak begitu diametral, manusia kini diperkenalkan oleh mesin (iklan kelapa muda menambah stamina di ranjang, Gunung ini bagus tuk di jamah). Dari sinilah manusia memburu kesenangan.

Kendati demikian, apakah kesenangan sama dengan kebenaran. Toh yang sudah meminum kelapa muda perlu tambahan dosis pill, mereka yang pernah menjamah gunung A akan mencoba gunung B, C yg baru tentunya. Masa iya, kesenangan, kebenaran itu tergantung sudut pandang (pengalaman, pola argumentasi) hingga ia menjadi relatif tiap orang. 

Apalagi kenyataan ini didukung oleh Filosof Fenomena, lalu puncaknya di Kant; manusia hanya mampu menangkap konsep-konsep tertentu dan mustahil memiliki askes ke nomena (lihat juga; Filsafat negasi Arabi dan Being Heidegger).

Disebabkan kesenangan itu sangat disukai manusia (mengikuti Aristoteles, bab logika-metafisika); kesenangan itu beragam bentuknya dan pasti berbeda satu dengan lainnya. Oleh karenanya hanya ada dua kemungkinan; semua kesenangan itu tidak dapat dibenarkan atau hanya salah satu kesenangan yang benar benar, BENAR.

By the way, lalu apakah kesenangan (BENAR) yang satu itu.! Bukankah BENAR ini juga tergantung argumentasi si subyek. Mana mungkin si subyek yang relatif bisa menjangkau yang BENAR, BENAR tidak berlaku bagi dalil argumentasi. Pada akhirnya bagaimana mungkin kita (subyek) yang terpisah ini mempercayai keBENARan ini. 

Soal BENAR ini manusia menciptakan kesenangan dengan nama yang berbeda-beda. Oleh agama dinamakan Tuhan, oleh Plato disebut Idea, Descartes sama dengan kesadaran, cogito, oleh Hegel dinamakan Roh Absolut. Apa Inilah kesenangan yang hakiki.!

Mulla Shadra menandaskan pendangannya; sebagaimana naik kelapa ia mempunyai tangga, gunung juga begitu, dari kaki hingga puncak. Maka, kesenangan juga bergradasi "apa yang kita lihat, tapaki merupakan persepsi yang terendah, kesenangan ini identik dengan kesenangan hewani". Selanjutnya kesenangan tertinggi ialah penyaksian, pengalaman langsung terhadap objek-objek muasal wujud. 

Soal persepsi yang tertinggi ini ada ungkapan yang menarik. Kita ini ibarat katak dalam tempurung, ketika manusia hendak berusaha mengintip dunia luar lewat celah tempurung tersebut makin hanyut ia dalam kekaguman dan ketakjuban, ketakberdayaan dan keletihan. Lihat juga (QS. Al-Mulk); "Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih".

Dengan demikian sudah siapkah diri kita menapaki kesenangan tertinggi itu.! filsafat turun gunung, kelapa nanti dulu ya. Itu aja, makasih.
_________
1. Manusia satu dimensi, H. Marcuse
2. Metafisika, I. Kant
3. Teologi Negatif, M. Al-Fayyedly
4. Ada dan Waktu, Heidegger
5. Buku IV, Aristoteles
6. Jurnal Filsafat dan Mistisme, RF 2010
7. Tafsir Sufi, M. Kasim
8. Demikianlah referensi penunjang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul