Postmodern dan kecanggihan visi misi

Penceramah post sosial
Penceramah post-sosial

Menyoalkan posmo tidak terlepas dari sepak terjang Modern (filsafat modern), hadirnya modern juga merupakan suatu pemberontakan intelektual terhadap alam pemikiran abad pertengahan. Filsafat modern meyakinkan rasio merupakan salah satu sumber pengetahuan, yang dapat mendorong sifat kritis dan menolak klaim-klaim kekuasaan gerejawi. Hadirnya Copernikus, Galileo hingga Descartes ialah semangat humanisme dan Renaissance Modern. 

Kehidupan modern yang serba individual dan menjadikan diri (rasio) sebagai pusat kebenaran, manusia dapat membuka rahasia alam, termasuk kekuatan rasio dapat menemukan imam. Namun apakah perkembangan akal sejalan dengan kehidupan kemanusiaan.! Ternyata dengan dalih modern justru menghancurkan, merugikan masa depan manusia sendiri; Nuklir yang diciptakan bahkan berbahya untuk dirinya, dengan mesinnya malah memperpanjang barisan perbudakan hingga persaingan antar kapital yang mengarah pada perseteruan antar umat. 

Dari kenyataan itulah posmo hadir, dengan semangat pluralitas berfikir. Baginya setiap orang menganut paham kebebasan berfikir, berbicara dan menolak otoritatif tafsiran. Disamping ia menolak postulat dari Rasio, ia mengedepankan soal Rasa (kesadaran emosional), baginya Tuhan tidak bisa diterima secara rasional dan positif, Tuhan tidak empiris dan mengada, semua yang ada menjadi tidak ada, bukan Karena mata tidak melihatnya, realitas tidak selalu kasat Mata. 

Nah itu kira-kira deskripsinya, lalu bagaimana Kita melihat posmo dalam analisis Filsafat. Apa ia posmo merupakan Tradisi yang ketat dengan hal-hal filosofis, apa jangan-jangan mereka hanyalah rangkaian teori-toeri sosial yang miskin akan pondasi filsafat. Kebanyakan dari tokoh mereka ialah seorang Psikologi, komunikasi bahkan teolog tulen. Hal ini bisa dibuktikan dari visi misi mereka yang canggih, namun mereka ialah pewaris Rasionalis dan Empiris bahkan terjebak diantara keduanya.

Bagi posmo Filsafat harus mempunyai nilai praktis (pragmatis) filsafat harus berguna bagi masyarakat, filsafat diukur dari fungsinya bukan esensinya. Jadi jangan tanya tentang hal-hal subtil tentang perihal abstrak ya teman-teman..

Jika demikian bagaimana posmo memandang kedudukan Alam (masyarakat), mengutip Kant dan Husserl sebagai inspirasi pemikiran mereka; Yang diamati, diketahui oleh manusia ialah fenomena bukan nomena atau sumber gejala itu sendiri. Olehnya dianalisis ialah hal-hal yang eksis, Meski manusia sama-sama eksis dengan sapi dan pohon namun Cara beradanya tidaklah Sama. Manusia bisa mengerti, mengerjakan dunia bahkan memelihara dunia (meminjam Heidegger), berada berarti menempati, mengambil tempat, berdiri ditengah-tengah atau Bahasa Derrida kediantaraan.

Dengan mengambil jarak dengan yang lainnya mengisaratkan manusia dan alam tidak berjalan normal. Mungkin disinilah kontradiksi dibangun, kontradiksi sudah mempunyai potensi sejak awal. Tidak seharusnya kapital memenangkan pertandingan ini, olehnya perlu tafsiran Baru, dekontruksi teks, reduksi fenomenologi hingga mengahsilnya makna baru tentu berbeda dengan makna Awal. Demikian pendapat mereka teman-teman boleh berargumen soal ini, mereka itu diibaratkan sedang mengasah sebilah pedang untuk mencapai ketajaman yang prima, pengasahan dilakukan secara terus menerus, berulang-ulang hingga pada akhirnya pedang tersebut habis terasah dan tidak dapat membunuh siappun, kapital terus tumbuh subur. 

Pada akhirnya yang ditampilkan Posmo ialah kecanggihan istilah, Bahasa dan perihal retoris visi misi tuk menenangkan Manusia. Kita bertanya dengan apa posmo melihat realitas dan merubahnya.! Apakah dengan rasio yang ia sendiri menolaknya atau dengan indera yang padanya diragukan. Apa ia dengan soal rasa, yang darinya timbul kepekaan, memahami dan bertindak. Kepekaan berarti memiliki rasa senasib dan empati terhadap makhluk lainnya, memahami yang berarti dengan kesadaranya harus mampu berbuat untuk alam nan manusia lainnya Dan bertindak ialah manusia dan alam ini mau diarahkan kemana.

Namun bagi mereka hal yang lebih penting dari soal rasa ialah Bahasa. Bahasalah yang mendahului realitas, bahasa bukan sekedar instrumen komunikasi, bisa Kita katakan Bahasa sebagai sumber epistemologi. Dari bahasa Sosialis-melah mendorong manusia untuk bekerja, berkarya. Misalnya juga dengan Bahasa pak politisi semua orang bergerombol ke tps, dengan Bahasa gombalan seorang perumpuan jatuh ke pelukan laki-laki, dengan Bahasa orang akan berhasrat kepada sesuatu.

Dengan demikian apakah Bahasa mewakili realitas atau minimal mendekati.! Lalu Siapa Yang mewakili Bahasa tangisan mustad afin, mereka yang tertindas. Bukankah mereka mensabdakan kebenaran itu milik setiap individu, Kita bertanya lagi bavaimana orang Kaya merasakan Bahasa orang miskin sebagai kebenaran dst..Yang menarik lagi tujuan Bahasa ini kemana.! Apakah Bahasa mengandung kiat epistemologi, lalu untuk Siapa.! terakhir apa yang ada sebelum Bahasa. 

Catatan; Dengan belajar posmo sangat bermanfaat untuk alam keindonesiaan kita Yang kayak akan jargon visi misi, denganya Kita bisa mengetahui tidak ada tafsir tunggal Dalam realitas (misalnya; MUI bukan bak kebenaran dan pancasila tentu belum final untuk ditafsiri). Dari Heidegger dan Nietzsche kita belajar bahwa selalu ada ruang buat Tuhan, darinya pula mengajarkan pada kita Syiah, sunni, ahmadiyah dll merupakan produk sejarah lalu LGBT ialah fakta alamiah alam.

Poin; Kita menerima kebenaran subyektif, namun tidak memutlakkannya sebab kebenaran ini layaknya orang sakit. Kita juga mengakui rasio mempunyai peran kebenaran. Pada akhirnya Kita hidup bersama dan menemukan kebenaran di Alam. Itu aja, makasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul