RAMADHAN, REBAHAN dan REVOLUSI.


Sebagaimana dengan keberadaan bumi, langit dan seluruh Bagian Alam Raya memiliki nilai-nilai batin dan tersembunyi (baca; pandangan dunia agama). Tak luput, setiap bentuk rukun ibadah juga memiliki aspek lahiriah dan batiniah. Adapun bentuk lahiriah dari ibadah ditentukan oleh rangkaian hukum Yang bersifat wajib dan sunnah, sedang aspek batin ditentukan oleh keinginan serta niat orang yang melaksanakannya.

Pada Bulan yang mulia, Rasullulah saw menyerukan; telah datang kepada kalian bulan Allah. Dikarenakan adanya kewajiban berpuasa dan itu ditinjukan hanya untuk Allah semata, olehnya bulan Ramadhan disebutkan Bulan Allah. Sementara bulan Rajab disebut bulan wilayah dan bulan sya'ban dengan bulan kenabian atau risalah (Dalam Amuli, 2010: 22). Untuk penaggalannya di Islam mengikuti peredaran bulan (qamar), penanggalan qamariah namanya.

Pada bulan ini, seseorang tidak mendapatkan taufik sebelum menunaikan prolog-prolognya. Dalam riwayat disebutkan; janganlah kalian menyebut Ramadhan, namun katakanlah bulan Ramadhan, Karena Ramadhan ialah Salah satu nama Allah. Jika pada bulan ini seseorang belum sampai berjumpa dengan Allah, maka ia belum sampai pada aspek batin puasa. Ia tidak mendapatkan pemberian hadiah apapun, sekalipun di dunia ini.

Dikisahkan tidurnya orang-orang berpuasa di bulan ini ialah ibadah, diamnya ialah tasbih, Amal perbuatanya diterima dan doanya diterima, bahkan mau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dari bau misk (darah Kering yang berasal dari perut seekor kijang), apakah Kita tidak ingin memiliki mulut berbau harum itu.!. Mereka merupakan orang-orang yang senatiasa menjaga lisannya, tidak melukai masyarakat sekitar dan selalu bermujahada.

Konsep dasar ibadah puasa pada mulanya ialah masalah personal antara seorang hamba dan Tuhannya semata. Pelatihan pengendalian diri dari hal-hal yang bersifat lahiriah seperti; tidak ngemil, makan, minum dan seks yang dapat membatalkan puasa. Namun, sebagimana diterangkan di atas, ibadah puasa seperti ibadah-ibadah lainnya dalam Islam, ia memiliki dimensi sosial yang tidak dapat dipisahkan dari dimensi batinya, yakni melakukan Amal sholeh dan kerja kemanusiaan (Madjid: 2006). Kedua hal tersebutlah merupakan aspek moral dan spiritual ibadah puasa.

Sering dikutip para ustad bersorban, mubaliq dan dai sepanjang puasa "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al-Baqarah: 183). Terlepas dari perdebatan kata ber-IMAN pada surah itu, Madjid menjelaskan; beriman ialah predikat seorang berislam, namun kita tidak boleh lupa dalam surah itu ada kalimat "wajib". Al Qurthubi menafsirkan ayat ini dengan “Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebutkan wajibnya qishash dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Ta’ala juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada perselisihan pendapat mengenai wajibnya”.

Kita akan memulai dengan aspek sosial puasa, mengapa puasa menjadi wajib bagi umat Manusia.! Jawabanya kira-kira begini; Allah mewajibkan puasa agar orang Kaya dan Orang miskin bisa sejajar, sebab orang kaya tidak merasakan "lapar". Maka mengasihi orang miskin Karena orang yang kaya ketika menginginkan sesuatu ia akan mendapatkannya. Dengan derita nan lapar agar ia mengasihi orang-orang lemah dan orang orang lapar.

Dalam Bulan puasa orang yang miskin maupun Kaya sama-sama menjaga diri untuk tidak makan dan minum walau setetes, karena makan dan minum di haramkan bagi mereka, jangankan yang haram halalpun dilarang pada bulan itu (menggauli istri misalnya, yang blm beristri segeralah). Orang-orang kaya tidak merasakan derita nan lapar, dengan puasa mereka merasakannya, disitulah ada derita si-miskin (meski di Indonesia hanya 10 jam, si miskin ada yg bertahan hingga 2 Hari). Sebab, Allah mewajibkan puasa agar sesama manusia saling menolong, khususnya bagi rakyat miskin.

Selayaknya agar manusia tidak memenuhi kantong perutnya dengan makanan di Bulan puasa, agar dirinya bisa merasakan kelaparan yang diderita orang-orang miskin. Atau minimal ia selalu mengingat bahwa di dunia ini ada bahkan banyak orang-orang miskin. Lanjut, adapun kata puasa (shawm-arab) yang berarti pengendalian diri. Pengendalian diri ini dimaksudkan ialah pengendalian dari dorong berlaku tamak.

Bulan Ramadhan merupakan Bulan pengendalian diri. Apakah harta Kita selama ini diperoleh dengan cara-cara yang benar, apakah harta yang Kita miliki sudah dipergunakan sebagaimana yang telah dianjurkan maupun yang diperintahkan agama. Sebagai orang Bergama, Islam sangat menekan pengingnya kesadaran sosial, kesadaran bahwa segala sesuatu dalam lindungan, jangkauan dan pengawasan Allah. Orang Bergama ini telah mewakafkan dirinya, dengan kesadaran spiritual sehingga yang dilakukanya ialah langkah pemutihan atas harta dan tak luput dari pengetahuan Tuhan.

Sebagimana ibadah puasa, yang awalnya hanyalah masalah pribadi dan personal yang tidak dapat dipisahkan dari dimensi sosial, persoalan harta juga menyangkut persoalan yang amat mendasar, yakni masalah kelangsungan sebuah masyarakat. Artinya Kita tidak bisa bermain-main dengan masalah ini. Sehingga di zaman bioteknologi dan informasi yang mereka-reka ini (di tengah pendemi) menyadarkan kita semua selaku berbangsa bahwa modal untuk kemajuan dan kejayaan negara dan masyarakat bukanlah terutama kekayaan alamnya, melainkan kerjasama manusianya.

Terakhir, adapun aspek batin dari puasa ialah agar kamu bertakwa (Al-Baqarah: 183, supaya kamu bersyukur (Al-Baqarah: 185) Ketakwaan sebagai kemulian bagi manusia. Sesorang yang memiliki ketakwaan tidak akan melakukan dosa, demikianlah bentuk kecintaan kepada ibadah. Tidak semua orang mampu mencintai ibadah dan mencintai Allah, Allah menjadi cita-cita orang yang dilanda kerinduan. Kerinduan akan menarik manusia kepada Allah, bukan ke surga, kerinduan tersebut akan menghantarkan ia untuk senantiasa berusaha mewujudkan cita-citanya.

Maka orang-orang Yang tidak merindukan Allah tidak dibenarkan untuk dianugerahi sifat-sifat rindu. Pecinta yang sebenarnya ialah orang-orang yang tidak melihat apapun selain Allah. Aspek batin puasa akan menghantarkan seseorang menuju "surga" tempat perjumpaan dengan Allah. Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri Yang akan memberinya ganjaran. Berkat puasa manusia secara perlahan-lahan, berjalan dari derajat pengetahuan terendah mengenai rahasia-rahasia ibadah, ke derajat pengetahuan yang tertinggi. Saat itu dirinya bertemu dengan Allah.

Sejauhmana kita bisa mengetahui aspek batin puasa.! Untuk mencapai itu, kita tidak bisa menempuhnya dengan Cara berpuasa secara lahiriah semata, dengan tidak makan dan minum. Akan tetapi kita harus berpuasa dengan mengetahui rahasianya, juga dengan mencegah pikiran, perbuatan dan imajinasi kita, yang dilintasi hal-hal bersifat batil Yang tidak diridhoi Allah. Seorang yang berpuasa, menahan dirinya dari sahwat dan kesenangan selama sebulan penuh, dibalik itu ia tidak mengharapkan apa-apa kecuali wajah Allah. Tiada pengawasan atas dirinya selain Dia.

Jika diaspek lahiriah, "puasa itu menjadi kewajiaban setiap umat manusia dan untuk merasakan laparnya orang miskin" kita bertanya; mengapa si-miskin juga berpuasa, bukankah ia telah berpuasa tiap hari.! Puasa bukan dimaksudkan agar manusia lapar dan haus dan bukanlah mencegah seseorang dari makan dan minum, melainkan agar manusia mencapai takwa dan karamah. Nilai pendekatan kepada Allah bukanlah penderitaan lapar dan dahaga itu an sich, melainkan rasa yang penuh ketakwaan itu. Tuhan tidak memerlukan puasa Kita sebagaimana keyakinan yang memadang Tuhan sebagai objek sesajen atau sakramen.

Penyebab keharusan berpuasa (manahan lapar dan dahaga) merupakan hasil ketundukan, kepatuhan, serta kesabaran seseorang yang mengharapkan kebahagian akhirat dengan segala yang ada di dalamnya (penekanan syriat). Orang yang berpuasa menanggung rasa lapar dan Haus sebagai bukti kepatuhannya terhadap keharusan yang diperintahkan illahi tersebut dan ia sabar Karena Allah. Agar engaku tahu bahwa dunia tidak pantas untuk disesali dan orang yang mengetahui dunia, tidak akan menyesalinya.

Seluruh kelezatan dunia bercampur dengan kepedihan dan azab. Paling Baiknya kelezatan dunia ialah makan, pakaian dan perempuan. Paling baik nan bagusnya pakaian ialah sutera yang dibuat dari ulat sutera. Paling baiknya santapan ialah madu yang dibersihkan dari, yang keluar dari perut lebah, begitu pula perempuan yang elok tak lain ialah isteri sendiri. Jika engkau bersedih karena makanan, maka engkau akan diazab Karena lebah.

Aku sendiri yang akan memberikan ganjaran bagi orang yang berpuasa. Bagaimana Cara Allah meberikan upah bagi orang yang berpuasa.! Mereka ialah para revolusioner Yang berpuasa dan menghadiahkan makanan berbuka kepada yatim, miskin dan tawanan. Bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya (Ali Imran: 198). Allah dan seluruh malaikat-Nya mendoakan orang-orang tersebut.

Dari penjelasan ini tampak bahwa pendidikan puasa merupakan penanaman dan pengukuhan kesadaran se dalam-dalamnya akan kemahahadiran Allah. Kesadadan inikah Yang melandasi ketakwaan dan membimbing manusia ke arah tingkah laku dan kerja-kerja yang nyata. Begitupula dengan revolusi, setiap Kali ketakwaan bertambah dan niat yang bertambah suci, kemenangan akan berada di belakang rakyat.

Puasa itu untuk kebaikan diri sendiri, sebagai individu dan juga sebagai kelompoknya masyarakat Yang lebih luas. Iman tidak dapat dipisahkan dengan amal sholeh, Tali hubungan dengan Allah, tidak dapat dipisahkan dengan hubungannya dengan sesama manusia, takwapun tidak dapat dipisahkan dengan budi pekerti dan kerja kemanusiaan yang luhur. "Yang paling Banyak mamasukan manusia ke Dalam surga ialah takwa kepada Allah dan budi pekerti (Hadits Rasulullah)". Itu aja, makasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul