MERABA masa depan CORONA.


Hadirnya Corona kini memaksa Setiap lapisan sosial mengkayu teknologi informasi buatanya. marak Kita temukan di Fb, tp, WhatsApp, Zoom dan aplikasi daring lainnya sibuk membicarakan; isi perut, ketahanan tubuh, penjagaan keamanan Yang kuat, pemindahan Ibu Kota, wisata manca negara, Omnibus Law dan Tak Kala menarik ialah sidang DPR, Yang terkesan membanting kursi.

Apa yang telah disebutkan di atas ialah effect dari Corona. Meminjan istilah Thomas Kuhn, pada saat terjepit seperti hal ini orang akan kembali pada "root", apakah sistem Kita tahan uji, bagaimana dengan Demokrasi kapital dan lainnya. Fenomena corona yang hidup ditengah masyarakat pada saat ini, kemungkinan tidak bisa terlepas dari masalah paling dekat dan berpengaruh ialah kondisi Sosial ekonomi.

Untuk mengawali coretan singkat ini Kita awali dengan beberapa pertanyaan; Mengapa menganlisis krisis katakanlah EKONOMI, baru sekarang. Mengapa  tidak di waktu normal.! Jika kondisi tidak krisis, semua orang pada lupa permasalah dan pemikiran dominanlah yang akan berkembang.

Eh lupa, ternyata yang diomongin selama di warkop bukanlah masalahnya, kita menyimpulkan dan aksi terlalu dini. Banyak juga ekonom dan para politisi memberikan solusi, tapi itu saat kampanye. Kini mereka masuk terserat Dalam lembaga pemerintahan, kesibukannya menjadi berbeda, ia bukan menjadi pengkaji kritik yang kritis tapi bagaimana membangun power. Sementara itu para akademisi maupun praktisi ikut membela si kuasa.

Di Indonesia yang kita cintai ini, daerah-daerah, Kota, kabupaten menawarkan kekuatan negara dengan melakukan "stimulasi konsumtif" sebagaimana digaungkan sahabat kita Keynes untuk mengatasi krisis. Apakah hal Demikian cukup, ekonomi misalnya dengan pembagian sembako, untuk para buruh dan Yang di PHK. Apakah hal tersebut membangkitkan kesadaran masyarakat akan kepedulian dan keluar dari depresi psikologis ini.

Bersikap dependensi, dan berkutat pada tesis adanya inherent logic yang pada akhirnya kapital menemui Liang kuburnya ialah sesuatu yang masih meraba-raba. Kita kembali bertanya; pada saat seperti ini, selain terjadi koreksi secara ekonomis (ilmiah) juga seharusnya koreksi pada pemikiran. Apa seharusnya kita persiapkan saat ini.? Jikapun kapital terjadi apa Demokrasi lanjutanya...

Mendiagnosa dan penentuan kebijakan dan memberikan preskripsi ialah beberapa alternative yang harus ditempuh, namun apakah diagnosa yang dilakukan saat ini bisa mengandung kepanikan masyarakat, khusus Indonesia apa relevan, workable & applicable.!

Saat krisis merupakan momentum Yang sangat untuk melakukan koreksi, kita tunggu analisa si KIRI Yang jauh (Ada apa setelah kapital) nan KANAN Yang taat (kejadian apa setelah musibah ini). Itu aja, makasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul