Masa depan umat Manusia


"Sakit merupakan kondisi dari gangguan atau efek dari sistem atau sub-sistem dari keterkaitan, interaksi dan interrelasi dari sistem atau sub-sistem Yang Ada (Parsons dlm Farid Moeloek: 1999)".

Pernyataan di atas mengajak Kita menghayati dan bertanya lebih lanjut tentang apa yang melarbelakangi faktor kesakitan itu timbul. (1). Dari mana ia timbul (2). Bagaimana proses kelangsungan hidup si penyakit (3). Bagaimana cara manusia "pergi" dari sini (4). Apa Yang menjadi ikhtiar umat agar mempercepat/menghambat sakit ini (5). Bagaimana melindungi umat Indonesia dari wabah ini (6). Apa tolak ukur kesehatan bagi manusia dan planet Bumi ini (7). Setelah sehat, makmur dan harmoni apa langkah selanjutnya umat manusia (8).Takdir Tuhan apa lagi Yang ia berikan.

Mungkin kita akan menjawab sebagian pertanyaan ini, dengan penekanan pada faktor Biologi dan keberlangsungan hidup manusia. Abad 20 ialah abad fisika ditandai dengan menelurkan atom, semi kondektur yang sempat memperbaharui teknologi informasi dan telekomunikasi. Abad 21 atau milenium 3 menjadi milik biologi, atau tepatnya biologi baru. Diawali dengan penemuan double helix structure dari DNA oleh James Watson dan Francis Crick, dengan proyek Human Genome (Kita bisa mendeteksi keturunan; apa ia penyakitan, kelainan dan ciri pribadi). Proyek tersebut Pada waktu itu disandingkan dengan proyek nuklir Mahattam dan proyek Apollo yang menelan biaya 3 milyar dollar AS.

Selama ribuan tahun jawaban jawab untuk pertanyaan "bagaimana manusia pergi dari kebergantungan biologis", jawaban untuk pertanyaan tersebut masih saja sama; ketika bioteknologi dan teknologi komunikasi tidak bisa memberikan informasi pada Kita. Lalu bagaimana dengan CORONA.! Apakah penemuan baru dibidang genetika kini menghidupkan kembali pernyataan tentang determinisme substratum biologis, untuk covid-19 sendiri dikisahkan berasal dari kelelawar. Selanjutnya di mana letak Kita sebagai umat manusia yang ber-AKAL, yang bisa terlepas dari kebergantungan itu.

Generasi demi generasi umat manusia selalu berdoa kepada setiap Tuhan, malaikat dan santa dan telah menemukan tak terhitung alat, institusi dan sistem sosial, tetapi mereka terus mati dalam jumlah jutaan akibat kelaparan, epidemi dan kekerasaan. Tak kala menarik Corona telah meluluh lantakan umat manusia dari semua kelas sosial, terbaru sudah menjadi 700-san orang telah pergi meninggalkan kita. Dengan demikian apakah; wabah, kelaparan dan perang telah menjadi bagian integral dari takdir Tuhan.

Sekarang waktunya Kita menghayati kembali, apa yang salah dari teknologi informasi. Kini sudah banyak rekayasa genetik pada makhluk hidup. Produk-produk makanan yang dimanipulasi secara genetik dijual di toko-toko dengan harga Murah, anak ayam 2 minggu berkat terapi genetik bisa diaskes lewat Goojek untuk dikomsumsi bersama keluarga. Merekayasa genetik bentuk-bentuk kehidupan membuka banyak kemungkinan baru, khusunya untuk industri pangan, pertanian dan perternakan. Misalnya; tanaman dan hewan direkayasa supaya kebal dari penyakit, gizinya membaik, supaya ada resisten, agar tomat tidak cepat busuk dan tahan dalam angkutan dan sebagainya. Dengan adanya Corona, mempukah rekayasa itu menolak Bala penyakit tersebut, minimal memperpanjang umur pasien.!

Kemungkinan yang dibuka dengan bioteknologi itu betul-betul luar biasa dan banyak menguntungkan secara ekonomis dan sebenarnya juga secara lingkungan. Biologi baru membutuhkan banyak Dana untuk melanjutkan dan meningkatkan penelitiannya, kiranya disini prospek bagus untuk memperoleh keuntungan banyak (big business). Karena kombinasi ilmu dan bisnis ini, dari segi etika Kita harus lebih berhati-hati, juga dalam pers sudah dan bahkan tiap hari ada kematian, apalagi di televisi pemberitaan yang masif tiap menit justeru membuat kematian dengan musabab penyakit baru. Dari kematian entah itu Karena Corona maupun lainnya, sudah seharusnya dilaporkan ke National institutes of health, di negeri tercinta ini malah dirahasiakan identitas pasien. Disamping keuntungan ekonomis, lingkungan dan kelangsungan hidup makhluk lainnya juga harus diperhatikan, misalnya; untuk pertanian kurang diperlukan pestisida, heebisida dan lainnya. Pada hewan (bukan dalam berbicara detail tentang hak-hak binatang) diskriminasi genetik dalam mencari Yang unggul, genetik screening, genetik terapi maupun lainnya perlu dihindarkan.

Disisi lain, penemuan-penemuan baru dibidang genetika (Corona virus-misalnya) memaksakan kita meninjau kembali pandangan tentang ikhtiar manusia. Genom pada hewan (kelelawar) sebaiknya dilihat sebagai potensialitas biologis, begitu Pula dengan probability matematis tentang masa akhir dari pada CORONA. Artinya kelelawar menempatkan manusia dalam arah tertentu atau memberikan orientasi tertentu pada corona. Tetapi manusia sendiri dengan bebas menempuh arah atau melanjutkan tidak untuk memakan kelelawar, dengan merdeka dalam arti bahwa ia selalu mempunyai kemungkinan untuk mengatakan "tidak pada corona".

Bioteknologi dan perkembangan teknologi mutakhir merupakan kawasan ilmiah yang amat kaya untuk membuka dialog dengan Ilmu lain. Dalam biologi dan aspek masa depan umat manusia terdapat banyak aspek yang memancing refleksi filosofis, Kita membatasi pembahasan lanjutan dengan dua hal; hakikat kehidupan dan masyarakat tanpa sakit.

HAKIKAT KEHIDUPAN

Kita memulai dengan membahas sebuah masalah yang sudah klasik, apa Ada masa depan umat Manusia, jikapun Ada bagaimana manusia mempercepat ke arah Sana.! Apakah itu kehidupan, apa arti hidup dan sehat.! Tentu pertanyaan tersebut jika dijawab dalam kacamata biologis Kira ialah mengungkapkan data kuantitatif (sehat berat badan dengan ukuran, hidup itu ketika bernafas). Dalam lapangan filsafat menyoalkan kehidupan sudah lama berlangsung hingga pada post-filsafat (setelah modern), bahkan pr tersebut telah dikerjakan oleh Aristoles, Yang pada pembatasannya pada perbedaan makhluk hidup dan makhluk non hidup ditentukan oleh kematian.

Aliran Filsafat Yang berbicara akan Manusia yang paling tertua dan terbesar yaitu Materialisme dan Idealisme. Selain aliran-aliran itu ada pula aliran-aliran yang berkembang lainnya yang merupakan perkembangan dari aliran materialisme dan idealisme. Secara singkat kita akan menjelaskan beberapa dari aliran filsafat manusia tersebut. (1). Aliran mekanisme menganggap kehidupan ini pada dasarnya ialah materi semata, Ilmu-ilmu alam seperti fisika, kimia, biologi, dan kedokteran ialah suatu bentuk dari material karena objek kajian ilmu-ilmu alam sepenuhnya bersifat material sehingga bisa dijelaskan secara mekanis. Begitupula manusia dan makhluk hidup lainnya juga merupakan proses mekanis, organisme merupakan suatu mekanisme saja, hanya ia lebih canggih dari mekanisme biasa seperti arloji.

Aliran tersebut kemudian tumbuh subur di tangan para Materialism, percaya bahwa jika ada kekuatan apapun yang bersifat spiritual itu hadir karena gejala atau peristiwa yang bersifat material itu, dicari apa landasan materialnya apa, begitu juga Corona.! Dalam aliran ini pada dasarnya sama dengan aliran empirisme dalam filsafat, yaitu semua bentuk pengetahuan didasarkan dari pengalaman dan panca indera. (2). Aliran Vitalisme mengatakan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya tidak berdasarkan pengalaman indrawi akal rasional maupun cinta, akan tetapi ditentukan oleh energi, daya, kekuatan. Bagi mereka kekuatan ialah kebenaran, sedangkan kelemahan merupakan tiadanya kebenaran. Jadi dikatakan sehat apabila setiap Manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kekuasaan tanpa syarat atau batasan apapun. Pendapat ini menjadi gemilang di jerman oleh Nietzsche; baginya jika Ada orang sakit, maka itu salahya sendiri dan ia layak mendapatkannya atau jikapun terpaksa ia harus ditaklukkan. Jadi mazhab ini menganggap adiinsani, hakikat manusia ialah sebagai sosok manusia yang kuat, berkuasa dan hidup berarti berkuasa.

(3). Aliran Agama menganggap manusia ialah sesuatu realitas yang tersusun dari tubuh dan ruh. Ruh bersifat abadi, tidak musnah dan mati, ini berbanding terbalik dengan kaum mekanis yang status manusia itu berakhir dipisahkan dengan kematian, pemisahan berarti pecah pula kepribadiannya. Sekalipun terdapat banyak perbedaan dengan pendapat sebelumnya, tetapi mereka mempunyai beberapa kesamaan dan bersepakat bahwa manusia memiliki intelektualitas dan menjadi neraca bagi kehidupan manusia, tentu ini elemen nonmaterial. Apabila dua elemen itu dicabut dari manusia, maka is akan tenggelam ke level binatang.

Apa sebenarnya penyakit manusia! Itu tidak semata-mata penyakit fisik. Ia merupakan suatu penderitaan Yang dipandang suci oleh kaum mistik dan terkait oleh umat manusia. Bahwa derita itu ialah derita mencari Tuhan. Manusia terasing, terus menerus mencari dan menuju kebaktian kepada dan penyembahan kepada Allah. Mendekatkan diri kepadaNya, bersatu denganNya sebagai asal usulNya. Derita ataupun penyakit manusia berikut ialah merasakan penderitaan makhluk Tuhan lainnya. "Bukan kemiskinan Yang menjadikanku pucat, namun Aku pucat Karena kesedihanku atas kaum melarat (Syair Sa'di). Jika kelaparan dan penderitaan orang lain menjadi lebih sulit untuk ditangguung ketimbang rasa laparnya dan penderitaannya sendiri, maka ia menjadi landasan kepribadian insani.

Ada Pula penjelasan lebih lanjutan tentang kelangsungan hidup umat manusia itu ibarat seorang Petani dengan ladangnya, pedagang dengan pasar, bagi Petani tanah bukan tujuan, disamping sebagai rumah tempat ia tinggal, lahan tersebut untuk memberikan penghidupan dan sarana kenyamanan dan kebahagiaan. Ia membajaknya dan mendapatkan benih, mengairi, memanennya dan seterusnya. Dunia ialah ladang akhirat, ladang ini semestinya tidak dijadikan tempat menetapnya yang permanen oleh umat. Bagi seorang pedagang pasar merupakan tempat bekerja yang di dalamnya ia menggunakan modalnya, usahanya untuk mendapatkan upah. Inilah bagaimana manusia semestinya memandang dunia.

MASYARAKAT TANPA SAKIT

Kesehatan dan kemakmuran bangsa merupakan tolak ukur masyarakat "Madani". Masyarakat ini Yang kita idam-idamkan bersama, suatu tatanan masyarakat modern (masyarakat yang dapat menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana penghidupannya), masyarakat yang berbudaya, masyarakat beradab (sehat fisik, mental dan sosialnya) dan masyarakat yang beragama. Baru-baru ini Kita kedatangan tentara Tuhan (Corona) Yang diprediksi hadir di Indonesia pada akhirnya 2019, kerja aparatus ini sangat sadis sehingga menelan banyak manuisa. Dengan demikian, jelaslah bahwa kesehatan dapat menjadi Salah satu tolak ukur utama Pembangunan Nasional, barangkali kita akan mendefenisikan ulang tentang kemajuan Nasional. Kesehatan harus menjadi mid-stream Pembangunan, bukan merupakan tolak ukur marginal, sampingan dari Pembangunan suatu bangsa dan Negara.

Sayangnya hal tersebut belum merupakan kebijakan Nasional yang dihayati oleh masyarakat dan para pengambilan keputusan, barangkali dengan adanya Corona semuanya membuka Mata. Apabila kita APBN selama ini yang mau mencapai 1 abad sejak kemerdekaan, dana yang dialokasikan untuk Pembangunan kesehatan masyarakat tidak pernah melebihi angka 5.0%, sedangkan penetapan WHO menganjurkan untuk pembiayaan ini minimal 5.0%. Demikian halnya dengan Dana APBN yang disediakan Untuk pendidikan masyarakat, masih jauh kurang dari yang diharapkan. Di pihak lain "konsep kesehatan" sendiri seakan di konotasikan pada sebagian masyarakat kesehatan, kedokteran sendiri. Sehingga keidentikan bahwa kesehatan ialah rumah sakit atau puskesmas yang sarat dengan orang sakit, yang akan dioperasi jantung, penderita diabetes, darah tinggi, asma, tbc bahkan Corona. Apabila orang jatuh sakit barulah Kita memikirkan konsep tentang sehat.

Padahal dan belum terbayang oleh Kita bahwa sesungguhnya dasar-dasar sehat ialah mencuci sebelum makan, sikat Gigi setiap Hari, Mandi 3 sehari, gizi yang baik, udara bersih (langit biru dengan kesadaran masyarakat akan green industry), air bersih dengan sanitasi lingkungan yang baik, income masyarakat yang memadai, tata ruang wilayah yang baik, Perumahan yang sehat dengan jendela terbuka yang cukup agar sinar matahari senantiasa masuk ke seluruh ruangan yang Ada, dengan lantai bersemen bukan dengan tanah. Masyarakat berdisiplin lalu lintas, masyarakat anti narkoba, anak-anak bersekolah, anak-anak tidak tawuran, semua masyarakat mendapatkan air bersih, berpakian rapi, bertegur sapa penuh santun. Dengan tempat-tempat ibadah yang selalu padat oleh kunjungan umat manusia, mereka berdoa akan keselamatannya dan kebagian bersama baik di dunia dan akhirat.

Itulah barangkali kita menyebutnya MASYARAKAT SEHAT. mereka sehat fisik (lahir-batin), sehat Pula prilaku, sosial ekonomi, dan sosial budaya, itulah gambaran masyarakat tanpa sakit. Program kesehatan tidak hanya milik sektor kesehatan saja. Program kesehatan harus menjadi milik masyarakat. Masyarakat dan multi sektor harus mampu memahami perencanaan Pembangunan wilayah dan pelaksanaannya dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya terhadap kesehatan perorangan, keluarga maupun masyarakat luas. Pihak kesehatan sendiri harus melakukan upaya dan usaha kesehatan yang lebih bersifat preventif dan promotif, tanpa meninggalkan usaha dan upaya kuratif serta rehabilitate.

Paradigma sehat merupakan konsep pemikiran yang dalam pengejawantahannya diperlukan banyak disiplin keilmuan, ahli-ahli agama dan tidak kalah penting yaitu pengambilan keputusan politik Pembangunan negara, wilayah. Olehnya para ahli kesehatan diharapkan menjadi pelopor penggerak Pembangunan berwawasan kesehatan, pendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Dalam laku sosial, ekonomi dan budaya, serta taraf pendidikan masyarakat merupakan Kendala yang tetap dan harus dapat teratasi. Pemberdayaan masyarakat, kerjasama lintas sektor, sistem-sistem dan profesionalisme merupakan kata-kata kunci dalam membumikan paradigma sehat. Itu aja, makasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul