Nabi Indonesia kutemukan pada pak KUNTO.


Kuntowijoyo sapaan akrabnya, ia lahir di Bantul (dulu kawasan DIY) 18 September 1943-22 Februari 2015 (tepat 76 tahun yg lalu). Beliau ialah seorang sejarawan terkemuka, sastrawan, budayawan hingga cendekiawan muslim terkemuka Indonesia pada zamannya, ia sederetan Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid (semoga Allah bersama mereka). Aamin

Sejarah dunia sejarah manusia, sejarah manusia ialah sejarah para penguasa. Sejarah kini (keindonesiaan) masih dianggap sejarah para raja-raja, penguasa; yang berisikan timbul tenggelamnya kerajaan-kerajaan atau bahkan jatuh bangunnya rezim-rezim politik. Meski di kitab-kitab klasik Indonesia kita masih menemukan JC Van leur, Clifford Geertz, Harry J Benda, Ben Anderson dll, tapi itu semua tentang sejarah kedaerahan (Banten, Bojonegoro hingga onghokman).

Selain kedaerahan yang ditonjolkan, kajian sejarah sosial selalu dekat dengan rezim politik, "sejarah ialah Politik di masa lampau dan politik ialah sejarah masa kini" pendapat ini tak terelakkan. Demikian halnya dengan kuntowijoyo ia lahir sebagai rakyat dan dengan sejarah kedaerahan, ia menulis juga sejarahnya sendiri (baca; Madura). Lanjut, jarang kita temukan cendekiawan Indonesia yang mencurahkan perhatiannya pada SEJARAH SOSIAL ISLAM, Kuntowijoyo menjadi salah satu nama yang patut disebutkan berkat tema-tema interpretasinya mengenai studi Islam Indonesia.

Jika kita membaca pemikiran pak Kunto, tentu sangat canggih sebagai dituturkan "gaya bahasa yang sintaks yang padat, elegan dan diksi yang selalu terjaga (AE Priyono-Paradigma Islam; interpretasi untuk aksi-Edi 2008). Berikut kecanggihannya bisa dilihat pada penafsirannya atas agama (Islam) ia tidak memakai pendekatan yang dominan sebut saja Hermeneutika, akan tetapi STRUKTURRALISME TRANSENDENTAL.

Strukturalisme Transendental sederhananya ialah penafsiran atas teks klasik Qur'an, yang dibangun dengan kerangka independensi; penafsir membangun interpretasi ia sendiri berdasarkan konteks dan kebutuhan dimana sang penafsir hidup di zamannya. Dengan penekanan pada struktur, kita bisa mengetahui secara detail apa setting masyarakat Arab pada saat itu hingga kita di ujung masa industri kini, bagaimana pergulatannya, apa bentuk tranformasinya. Ini mirip dengan Karl Marx, tapi penjelasan pak Kunto melampaui, meski disamping setiap struktur ada pertentangan lalu sisi lain akan menghasilkan ekuilibrium. Melampaui (transenden) dalam bahasa kita ia menyadari pertentangan, adanya perubahan-perubahan dan mengikuti berubah tanpa kehilangan jati dirinya sebagai agama yang Rahmat.

TAUHID ialah struktur yang paling tertinggi, tidak berubah dari waktu ke waktu (immutable), ia mempunyai kekuatan membentuk struktur yang paling mendalam. Lalu muamalah ialah bentuk perubahannya. Dalam proses pengangkatan muamalah kepada level transenden, pak Kunto berharap bisa menemukan pesan-pesan universal Tranformatif dan transenden dari sebuah teks.

Ilmu sosial Profetik (ISP) ialah buah dari metode Strukturalisme Transendental. " Kamu ialah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang Ma'ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah". (QS. Ali Imran:110). Bagi pak Kunto manifesto ayat tersebut mengisyaratkan ada struktur sosial manusia dan Profetik ialah agama besar yang menginginkan perubahan (Kenneth Boulding).

Dari ayat tersebut, ia menarik tiga buah ETIKA PROFETIK berupa; humanisme, liberasi dan transendensi yang merupakan derivasi dari sistem nilai yang terdapat dalam kata amar Ma'ruf, nahi Munkar dan tu'minuna billah. Humanisme ialah memanusiakan manusia, mengembalikan manusia pada fitrahnya, di barat kita mengenal ada demokrasi, HAM dan liberalisme. Liberasi ialah membebaskan manusia dari kekejaman kemiskinan, pemerasan kelimpahan, dominasi struktur yang menindas dan hegemoni kesadaran palsu, ini bisa dilacak pada sosialisme-komunisme, Marxisme, teori kebergantungan hingga teologi kebebasan. Lalu Transendensi ialah memberi arah kemana dan untuk apa tujuan humanisme dan liberasi itu dilakukan "adanya kebergantungan, gerak kontinuitas, normal-normal mutlak".(baca; Muslim tanpa masjid: 106).

MISI PROFETIK tersebut tentu diemban oleh semua manusia, cuman saja pak Kunto tidak menyebutkan namanya; RausyanFikr-Syariati, Intelektual Organik-Gramchy dan Insan Kamil-Cak Nur, yang ada kali ialah UMAT TERBAIK. Kita bisa menganalisis bau-bau pak Kunto ada di Ali Syari'ati bahwa tugas penegasan Amar Ma'ruf, penolakan nahi mungkar dan pengkultusan Transendensi bukan hanya tugas PARA NABI. Jika Nabi Muhammad telah tiada kalianlah nabinya, untuk umat/Masyarakat kalian. Jiwa itu kutemukan pada Kuntowijoyo Allahu Yar ham.

Terakhir, bagaimana MISI PROFETIK itu bisa diterapkan di Indonesia, oleh kita sebagai Nabi kini! Pertanyaan bagaimana melakukan transformasi nilai-nilai Islam pada zaman sekarang dan disini tentu sangat mengerutkan dahi, apalagi kita berangkat dari struktur masyarakat yang berbeda (agama yg paling fundamen). Dari teks profetik diatas kita harus mengembalikannya pada realitas; realitas sehari-hari dan realitas ilmiah. Dengan kata lain, dari teks ke konteks inilah kita kenal PENGILMUAN ISLAM.

Pengilmuan Islam, agar terhindar dari sikap ekslusif dan subyektif umat Islam maka dipandang perlu melakukan langkah-langkah untuk menafsirkan dan menerjemahkannya kedalam bahasa OBJEKTIF. Karena pada dasarnya kandungan nilai Islam bersifat NORMATIF maka langkah abjektifnya ialah; 1). Nilai normatif tersebut harus diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari (perilaku). Contohnya; ada seruan moral tentang menghormati orangtua maka harus dilakukan. 2). Proses penerjemahan dalam bahasa objektif, paradigma dalam memahaminya juga harus objektif, dengan penafsiran yang objektif dan general akan didapatkan sebuah perspektif umum untuk aktualisasi peran-peran profetik Islam yang UNIVERSAL.

Karena pendekatannya empirisme-objektif dan inklusif, siapa saja, dari agama apa saja bisa bertemu. Agama tidak boleh lebih dari sekedar pemberi legitimasi terhadap sistem sosial, misi agama ialah TRANFORMASI SOSIAL. Teologi-->Filsafat Sosial-->Teori Sosial-->Perubahan Sosial. Alhasil Etika Profetik, Ilmu sosial profetik dan Misi Profetik ialah tugas Nabi Post-Modern demi cita-cita PERUBAHAN dan PEMBAHARUAN Islam keindonesiaan.

Wallahu a'lam bishawab...
_____________
~Alman Pohahara (Pegiat Filsafat Islam Malang dan Penceramah Post-sosial).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul