PoHA-haRA, apa itu!


Dalil-dalil Posmo kini dianggap laku sebagai titik negasi dari arus modernitas, alih-alih modern dianggap kaku, mengawang-awang dan menjenuhkan banyak orang, sehingga ia perlu diberi pemaknaan baru agar bisa menyentuh realitasnya. Pohahara misalnya; kalimat itu kini diplintir ke arah negative, bagi penulis tentu ini jauh dari realitas yang sesungguhnya.

Dalam kelas-kelas Filsafat kita mengenal ada; Kata, Konsep dan Realitas. Olehnya kata POHA-HARA realitasnya apa, yang mana! Soal ini si penafsir bisa saja menafsirkan apa dan konteksnya bisa kemana-mana (negatif-positif) kita pastikan kata tersebut dapurnya bukan agama apalagi kekuasaan. Pada akhirnya kita akan mengembalikan "PoHA-haRA" ke konsepnya, PEMBERI KONSEP.

PoHA-haRA, secara harafiah dan semantik ia bisa saja diartikan linear dengan POMAHARA, KARADARENG, LING SELAKA LEI PARLENTE, KOWA RIKO, KO'MUANG, NIMOX, PENE ISE dan lainnya. Jawaban tersedia tersebut pasti semuanya BENAR, inilah yang kita maksud pengertian VERBAL. Dalam menjawab pertanyaan semacam itu kita harus menelusuri pengertian secara leksikal dan idiomatis, dalam bahasa kita ialah pengertian YANG NYATA. 

Pengertian yang nyata, maksudnya ialah seluruh pengertian verbal harus dirujuk pada realitas dan kesejatian rujukannya. Pohahara merupakan bahasa asli LEMBATA (Kedang), pernyataan ini dikenal dalam komunikasi keseharian, sampai-sampai kata tersebut digunakan sebagai pahaman pemikiran. Ada yang menggunakan ungkapan ini kepada belahan jiwanya, ada juga coba menghubungkannya dengan fenomena kegembiraan.

PoHA-haRA itu HUDURI (swabukti-tanpa penjelasan). Orang-orang menikmatinya dengan senang, dengan segala ekspresi dari berbagai kehidupan yang mengawang-awang (kaku tadi), barangkali dengan munculnya "Pohahara" sebagai bahasa yang ramah didengarkan baik oleh mata indera dan mata jiwa, dialah bahasa persatuan (bahasa universal), pahaman toleran dan bahasa cinta (Mazhab).

Meminjam Pak Kuntowijoyo dalam bahasa penulis ia sangat kaya akan paradigma, interpretasi, sebut saja soal bahasa (Islam). Ia mengkhutbahkan "TUHAN menyapa manusia dengan bahasa MANUSIA" olehnya dengan menyenangkan sesama manusia IA ikut senang. Lalu bagaimana dengan Pohahara.!

Meski ia bersifat badihiat, huduri. Untuk menjadi konsumsi publik, ia harus diterjemahkan dalam kaki praksis. Pohahara ialah bahasa yang paling Egaliter dalam kawanan ke-manusia-an, jika kita berpegang pada Mazhab cinta, kasih ini maka entri posisi kita cukup jelas; menolak ketakwarasan, melawan tirani. Yang ada hanya KITA, bersamaNya.
Di dalam bahasa jiwa yang penuh cinta disitulah TUHAN bersemayam #itu_aja

Wallahu a'lam bishawab...

Komentar

  1. Luar biasa dinda.πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†.
    Sangatlah dogmatis jika suatu hubungan tanpa merujuk status pohahara dengan berbagai determinasi pengertian verbalnya😁😁

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul