Perjalanan Manusia menuju Tuhan

Alman Pohahara

Refleksi Teleologi Persepsi

Berbicara mengenai manusia memang unik; mulai darimana ia berasal, untuk apa kehidupan di Alam semesta yang luas ini, bagaimana ia berbuat agar dianggap baik oleh manusia lainnya hingga kapan ia kembali kepada tempat asalnya.

Akhirat ialah tujuan akhir setiap manusia tetapi sejauh mana kita mempersiapkan diri untuk kembali, apa saja yang dibawa menghadap kepadaNYA, tentu sebagai pribadi yang tidak terlepas dari godaan Alam semesta. Untuk itu perlu kita insyafi, membendungi bersama agar kita tidak larut dalam hal duniawi, dengan bekal inilah kita kembali kepada Tuhan tanpa embel-embel apapun.

Aktivitas manusia tersebut disadari maupun tidak, ia hadir dalam benak keseharian kita. Secara sadar kita menyebut aktivitas ini ialah kinerja JIWA, yang mana ia selalu berhubungan dengan Alam Ilmiah (persepsi indrawi) disisi lain ia juga berhubungan dengan Alam Imajinasi (persepsi imaji).

Kinerja jiwa tidak cukup disitu, ia melampaui, memandirikan jiwa. Dalam artian secara terus-menerus mencoba terlepas dari Materi, bentuk menuju Akal (persepsi Akal), tetapi baik Itu Indra, imaji dan akal masih terperangkap oleh Ilusi, halusinasi, maupun delusi yang sama-sama menjauhkan kita dari realitas hakiki. Oleh karenanya kita membutuhkan tajrid untuk melepaskan itu semua. 

Pada tingkatan ini jika kita mampu melepas hal tersebut diatas, maka persepsi yang hadir akan semakin Jelas. Kesadaran, kerinduan tingkat ini ialah Kehadiran, jiwa ketika telah mewujud, ia telah menjadi akal, dalam pengertian Sadra akal dalam perbuatan. Setelah berIMAM, berILMU maka yang terakhir ialah berAMAL.

Pada tahapan terakhir ketika jiwa sudah aktual (eksistensi-esensi) kita dituntun oleh Cahaya (nabi) menuju SESUATU. Dalam sesuatu ini tidak ada lagi pembeda antara subyek dan obyek sebagaimana dalam pembahasan Epistemologi, SO dan hubungan eksistensi SO menyatu di kesadaran (disadari).

Sesuatu itu tentu ada sumbernya. Tuhanlah sumber itu, Tuhan ialah sesuatu. Aktualisasikan sesuatu, kan kauraih Tuhan. Saya dan sesuatu itu sangat dekat, Tuhan menyaksikan diriNya pada diri saya. Saya itu apa yang saya pikirkan. Mungkin itu aja, makasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul