Pendidikan untuk si MISKIN


Pendidikan adalah suatu proses gerak akaliah dari ke-tidak tahu-an menuju mengetahui, sehingga terjadi perubahan sikap terhadap sesuatu. Dalam perjalanan hidup manusia, pendidikan adalah salah satu kebutuhan non materi yang harus dipenuhi selain kebutuhan spiritual. Oleh karena itu harus ada sinergi yang harmonis antara pemenuhan kebutuhan materi dan non materi.

Jalur pendidikan terbagi tiga. Pertama, jalur formal, yaitu sekolah. Kedua, jalur informal yaitu keluarga. Dan ketiga, jalur non formal yaitu lingkungan. Pembentukan karakter dan  watak seseorang, sangat tergantung oleh pendidikan yang melatar belakanginya. Jadi, meremehkan peran pendidikan dalam pembentukan individu khususnya dan negara umumnya adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Jalur pendidikan yang akan dibahas adalah jalur pendidikan formal “Tujuan pendidikan yang hakiki adalah memanusiakan manusia, atau dengan kata lain, mengangkat harkat dan derajat manusia sehingga menjadi bijak dan arif dalam berpikir serta bertindak. Jadi, sistem pendidikan yang ideal haruslah manusiawi-semanusiawinya, independen, intelek, dan non profit oriented”.

Dalam dunia pendidikan yang sebenarnya menjadi obyek adalah ilmu, bukan murid, pelajar, siswa, mahasiswa, apalagi uang. Dan yang menjadi subyeknya adalah guru atau dosen dan murid, pelajar, siswa, dan mahasiswa. Dalam pendidikan seharusnya pendidik dan peserta didik bersama-sama mencari ilmu, bukan memaksakan keinginan dan kemauan pendidik kepada peserta didik. Sikap kritis peserta didik (sebagai subyek) akan mengarah pada kreatifitas dan pengembangan ilmu (sebagai obyek), sedang pemaksaan kehendak pendidik akan membuat ilmu pengetahuan menjadi stagnan dan membelenggu kemerdekaan berpikir dan berpendapat.

Pendidikan dapat menjadi perpanjangan tangan penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya dengan memasukkan doktrin-doktrin irrasional dalam aktualisasinya. Mata pelajaran/kuliah Bahasa Inggris, Sejarah dan Kewirausahaan adalah bukti nyata pembodohan massal secara halus dan rapi yang dilakukan oleh rezim orde baru untuk mempertahankan status-quonya. Oleh karena itu, pendidikan (dari segi muatannya) haruslah independen dan disucikan-sesucinya dari pihak-pihak yang ingin memanfaatkan pendidikan untuk kepentingan pribadi. Pendidikan haruslah netral dan membiarkan individu menjadi dirinya sendiri, bukan memaksakan kehendak sesuatu kepada individu supaya individu taat dan patuh pada sesuatu itu.

Muatan pendidikan seharusnya mengakar pada kerangka berfikir ilmiah kemudian induk ilmu pengetahuan disertai etika. Kenyataan yang ada bahwa kerangka berfikir ilmiah (Logika), induk ilmu pengetahuan (Filsafat) dan Etika (itupun etika ala pancasila), sangat langka, sehingga pemahaman peserta didik terhadap ilmu pengetahuan tidak dilandasi oleh fondasi dan kerangka yang kokoh. Etika yang terbentuk di dunia pendidikan yaitu etika penjilat (asal bapak senang), karena pemilik otoritas kebenaran yang tak terbantah adalah pendidik dan ketika peserta didik membantah maka nilai E siap menari didepan mata. Sangat aneh suatu sistem pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran ilmiah, tidak dimulai dengan bagaimana cara berfikir ilmiah. Penghargaan terhadap ilmu sangat kurang dengan dilupakannya filsafat ilmu, sehingga ilmu menjadi alat untuk mendapatkan UANG, bukan memaknai kehidupan kita yang fana ini

Pendidikan ditujukan kepada dan hanya kepada manusia. Semua manusia berhak dan wajib mendapatkan. pendidikan, demi memanusiakan dirinya dan sesama manusia. Tapi tidak dapat kita pungkiri bahwa sistem pendidikan kita berkiblat ke barat sedang barat adalah pelopor KAPITALISTIS yang MATERIALIS dan INDIVIDUALISTIS. Segala sesuatu bisa didapatkan dan diukur dengan uang, uang dan uang. Bagi orang-orang yang kurang mampu menutupi biaya pendidikan yang semakin melangit, kini hanya bisa gigit jari. Pendidikan yang seharusnya universal kemudian menjadi semakin eksklusif, dimana hanya orang-orang berduit saja yang mampu menikmatinya. Institusi pendidikan hanya akan semakin jatuh pamor jika ia “Matre” dan pasang tarif mahal.

Tidak tersentuhkah hati nurani kita disaat menikmati pendidikan dengan biaya mahal sementara sesama kita terkungkung oleh kemiskinan dan kelaparan ? Atau apakah kita menikmati pemandangan kontras antara megahnya gedung sekolah dan pemukiman kumuh dipinggir kanal yang bau dan hitam.? Ataukah pendidikan hanya untuk si kaya sedang si miskin cukup melamun dan mengkhayal bersekolah.? Ataukah kita bukan manusia yang tidak peduli nasib sesame (Humanis).?
Itu aja, Terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul