Membincangkan Hegel



Pembahasan mengenai dialektika, tak lupa kita mengakat nama besar yaitu Hegel, bisa dikatakan ialah yang memprakarsai dialektika dan pengaruhnya cukup besar dikalangan pemikir. Tritunggal/kontradiksi/pertentangan internal ada tiga poin yang menjadi landasan pemikiran dialetikanya yaitu tesa, antitesa dan sintesa.

Dalam poin pertama tesa disebut sebagai ide umum tentang keberadaan, disini Sesuatu tersebut bukan Sesuatu pada benda-benda partikular, melainkan sesuatu tanpa membagi. Kemudian poin kedua  antitesa disebutkan ia bukanlah sesuatu misalya pulpen dan kertas, disini dua benda tersebut keberadaan kusus bukan ide umum sesuatu dalam tesa, sebab dalam tesa itu merupakan ide umum dan didalam antisa kita menyebutkan sesuatu itu dilekatkan pada dua benda tersebut yaitu partikular, lanjutnya sintesa antara penggabungan tesa dan antitesa atau sesuau dan bukan sesuatu.
Jadi sesuatu berkontradiksi dengan yang bukan Sesuatu karena di ambil dari dua poin tesa dan antitesa.

Ini merupakan siklus pemikirakan Hegel yang sangat berpengaruh di dunia pemikiran sampai saat ini, terutama Karl Marx, kalau bahasa Muthahari penegasa/penafikan dan penafian dalam penafian Hegel memahami konsep kontradiksi sebagai bagian konsep dialektika karena menurutnya kontradiksi merupakan landasan pikiran dan segala Sesuatu yang terjadi dalam pikiran atau diluar pikiran adalah fenomena dialektika yang berjalan sesuai dengan prinsip kontradiksi (muthahari metodologi realisme).

Maka, Puncak kontradiksi ketika sampai pada sintesa yang menafikan prinsip identitas, pengingkaran yang diingkari atau pengingkaran terhadap pengingkaran dari antitesa tersebut, menurut pahaman Hegel bahwa di alam ini penuh dengan afirmasi dan negasi.


Jika kita anlisa pemikiran Hegel dalam kehidupan sehari-hari bahwa kebenaran selalu bertentangan tidak akan mendapatkan kebenaran yang independen, karena afirmasi dan negasai selalu menyatu.
Hegel menarik dialektikanya ke-pikiran, karena realitas absolut ada pada pikirannya dan realitas eksternal merupakan manifestasi dari pikiran, sebenranya kontradiksi yang dipahami Hegel merupakan kontradiksi internal (pikiran).

maka dari itu Marxisme menariknya ke alam dan mengatakan dialektika Hegel adalah diatas kepala namun kami menaruhnya diatas kaki (catatan falsafatuna).

Kalau dalam prinsip gerak pemikiran Hegel menganggap alam senantiasa bergerak, pada titik ini para filsuf muslim sependapat dengannya, namun berbedada dalam pahaman mengnai gerak.
Hegel mengatakan bahwa ketika realitas misalnya gelas, gelas tersebut mempunyai kontradiksi didalamnya sehingga gerak terjadi, gelas ketika bergerak menjadi pecah (kaca) itu disebabkan dua realitas yang terjadi pada objek gelas tersebut yang dibahasakan kontradiksi internal antara gelas dengan pecahnya.

Jadi gelas dengan pecah terjadi bersamaan (eksis) hingga menjadi proses sebuah gerak. Paham Hegel mengenai gerak sebenarnya ia tidak bisa membedakan mana potensi dan aktualitas, sebab gerak  gelas menjadi kaca (pecah) bukan sesuatu yang eksis, yang disebutnya dialektika.

Oleh karena itu ketika gelas menjadi pecah itu aktualitas gelas tersebut bukan kontradiksi, gerak subtansi bahasa sederhananya bahwa ada kemudian meniada secara esensi.
Makna dari gerak tersebut ialah gerak esensi atau perubahan sesuatu misalnya pada gelas (pecah) menjadi kaca (ada dan meniada) maksudnya gelas meniada ketika ia telah pecah dan menjadi kaca.

Dan Hegel keliru dalam hal ini, sebab dasar gerak dari Hegel antitesa dan pandangannya mengenai realitas adalah sintesa,dan kontradiksinya termaksud didalamnya.

Rahmatullah Usman
Jaringan Aktivis Filsafat Islam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul