Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan



Ada sebuah pertanyaan yang secara khusus berkaitan dengan pengetahuan manusia, apakah dalam diri manusia terdapat sejumlah pengetahuan yang bersifat fitri, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang ghair muktasabah.? (Untuk medapatkannya tidak dengan usaha).
Di dalam diri kita terdapat setumpuk konsep dan gambaran. Tidak diragukan lagi bahwa banyak pendapat yang mendekati konsensus mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat banyak hal yang muktasabah, sebagaimana yang juga dijelaskan oleh ayat al-Quran ; Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. 16: 78).
Sebagian pemikir kita ingin bersandar pada ayat ini guna menegaskan bahwa semua pengetahuan yang kita miliki adalah muktasabah (diperoleh dengan usaha), sekalipun terlihat bahwa ada pula pengetahuan-pengetahuan yang bersifat fitri pengertian lahiriah ayat tersebut mengatakan; "Sesungguhnya ketika kamu sekalian dilahirkan, kamu sekalian belum mengetahui suatu apapun." Artinya, lembaran hati kalian masih bersih dan belum ada goresan apapun, lalu kalian diberi pendengaran, penglihatan dan kalbu agar dengan itu kalian dapat menuliskan berbagai hal di lembaran hati kalian.

Ini baru satu teori, ada teori lain yang mengatakan sebaliknya. Yaitu, sesungguhnya ketika manusia dilahirkan, ia telah mengetahui semua hal, tanpa ada satu pun yang terlewat. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut; Sebelum bertempat dengan badan, ruh manusia berada di alam lain, yaitu alam ide (teori Platon). Ide adalah hakikat-hakikat dari segala sesuatu yang ada di alam semesta. Ruh telah mengetahuinya dan telah pula menemukan hakikat benda-benda itu. Kemudian ketika ia bertempat di badan, muncullah penghalang (hijab) yang memisahkan ruh dari pengetahuan-pengetahuan ide tersebut. Kondisinya seperti orang yang setelah mengetahui sesuatu, tetapi untuk beberapa waktu menjadi lupa, dan kemudian ingat kembali. Setiap bayi yang dilahirkan menurut teori Platon, telah mengetahui segala sesuatu. Pengajaran dan belajar hanyalah usaha untuk mengingat kembali sesuatu yang terlupakan. Guru adalah orang yang mengingatkan sesuatu yang telah ia ketahui di dalam dirinya.

Teori ketiga mengatakan bahwa manusia mengetahui sesuatu melalui fitrahnya. Benda-benda yang ia ketahui dangan cara ini tentu saja sangat sedikit. Dengan kata lain, prinsip berfikir pada semua manusia bersifat fitrah, sedangkan cabangnya bersifat muktasabah. Yang dimaksud dengan prinsip berfikir di sini bukan prinsip berfikirnya Platon, yang mengatakan bahwa di alam lain manusia telah mengetahui segala sesuatu, namun kemudian lupa. Tetapi, yang dimaksud adalah bahwa di dunia ini manusia diingatkan pada prinsip-prinsip tersebut. Hanya saja utk mengetahuinya ia memerlukan guru, memerlukan sistem yang membedakan besar dan kecil, perlu membuat analogi, menempuh pengalaman, dsb. Artinya, bangunan intelektualitas manusia dijadikan sedemikian rupa, sehingga dengan menyodorkan beberapa hal saja cukuplah baginya untuk mengetahui hal itu tanpa harus ada dalil dan bukti, juga bukan karena ia telah mengetahui hal itu sebelumnya.

Teori ini, pada umumnya dianut oleh para filsuf Muslim. dengan beberapa perbedaan dalam rinciannya, Ia juga teori yang dianut Aristoteles. Perbedaan tersebut juga terjadi di kalangan para fisuf modern, tetapi tdk dalam bentuknya yang Platonis. Sebab, hingga saat ini tdk ada seorangpun yang tahu secara persis teori Platon. Kendati demikian, dewasa ini dijumpai para filsuf yang meyakini bahwa sebagian dari pengetahuan manusia itu bersifat fitrah, dan sebagiannya lagi bersifat tajribi (diperoleh melalui pengalaman atau uji coba) dan terjadi sesudah manusia hidup di dunia. Tokoh aliran ini adalah filsuf besar Kant. Kant mengakui adanya himpunan pengetahuan yg bersifat fitri, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang tidak diperoleh malalui pengalaman ataupun indra, tapi pengetahuan yang mesti ada dalam diri manusia demi terbentuknya aspek pemikiran manusia. Pemikiran seperti ini ditemukan di kalangan filsuf Jerman. Namun, para filsuf Inggris yang mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh melalui indra, jumlahnya lebih banyak misalnya; John Locke, David Hume, dll. Kelompok yang disebut terakhir ini memiliki pendapat yang berbeda dengan kelompok yang disebut terdahulu. Mereka mengatakan bahwa lembaran-lembaran diri manusia pada mulanya kosong dari pengetahuan apapun, kemudian manusia bertemu dengan segala sesuatu dan mempelajarinya.
Dah itu dlu, terimakasih

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 GOMBALAN Ala FILSUF

Postmodern dan kecanggihan visi misi

44 Indikator Kemunduran HMI

Mengapa harus Filsafat Islam

Biografi lengkap 25 Nabi dan Rasul